KATA KERJA DALAM BAHASA INDONESIA
oleh:
Yessy
Hermawati 41032121101051
A.
Pendahuluan
Definisi
kata dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Di antaranya ada
tiga sudut pandang yang umum digunakan untuk mendifinisikan kata.
Pertama, posisi kata secara gramatikal, kata dapat diartikan
sebagai satuan gramatikal terkecil yang dapat terdiri dari satu atau
lebih morfem yang menjadi unsur pembentuk suatu frasa atau kalimat.
Kedua,
dari bahasa lisan atau fonem, kata dapat diartikan sebagai deretan
bunyi yang memiliki arti yang diucapkan dalam satu kecapan. Ketiga,
dari bahasa tulis, kata dapat diartikan sebagai deretan huruf yang
memiliki arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi oleh spasi.
Dalam
bahasa Indonesia ada pengelompokan kata dalam bentuk kelas kata. Para
pakar bahasa pun mengelompokkan kelas kata berdasarkan sudut
pandangnya masing-masing. Beberapa pakar bahasa yang menyatakan teori
tentang kelas kata antara lain: Gorys Keraf, Harimukti Kridalaksana,
Hasan Alwi,dkk., dan lain sebagainya.
Gorys Keraf dalam (Putrayasa,2010:85) membagi kelas kata berdasarkan
struktur morfologisnya. Struktur morfologis adalah bidang bentuk
yang memberi ciri khusus terhadap kata-kata. Berdasarkan struktur
morfologis Keraf membagi kelas kata menjadi empat kelas kata yakni,
kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas.
Menurut
Harimukti Kridalaksana (1994, dalam Putrayasa, 2010:45) membagi kelas
kata menjadi tiga belas kelas kata yaitu: verba, ajektiva, nomina,
promina, numerilia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula,
preposisi, konjungsi, dan kategori fatis.
Berbeda
dengan pakar sebelumnya, dalam buku Tata Bahasa baku Bahasa
Indonesia, Alwi (1998) membagi kelas kata dalam lima kelas kata yakni
kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (ajektiva), kata
keterangan adverbia, dan kata tugas. Sementara Arifin, Z. dan
Junaiyah (2009:939) menerangkan kelas kata dalam empat kategori yaitu
kategori verba, adjektiva, adverbia, dan nomina.
Kata
kerja atau verba dalam bahasa Indonesia juga memiliki jenis-jenis dan
ciri-ciri yang membedakannya dengan kelas kata lainnya. Makalah ini
mencoba memaparkan tentang "Kata Kerja Dalam Bahasa
Indonesia" berdasarkan teori Gorys Keraf dan pakar
lainnya.
B.
Pembahasan.
Secara umum kita mengenal kata
kerja sebagai kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya
menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Dalam buku
Morfologi,
Arifin dan Junaiyah (2009:93) menyatakan bahwa verba atau kata kerja
dapat diketahui lewat prilaku semantis dan sintaksis serta bentuk
morfologisnya. Pada umumnya verba atau kata kerja memiliki ciri
sebagai berikut:
Verba
berfungsi sebagai predikat atau inti predikat kalimat , seperti: (a)
Pagi-pagi sekali mereka telah berlari keliling lapangan. (b)
kami sedang bermain bola. (c) Bom meledak di Kuta.
Kata bermain, sedang berlari, dan meledak pada
contoh kalimat berfungsi sebagai predikat; kata bermain pada
sedang bermain merupakan inti predikat. Verba juga dapat
berfungsi lain di luar predikat.
Secara
inheren, verba mengandung makna 'perbuatan (aksi), proses, atau
keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas'.
Verba
yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- untuk
menyatakan makna 'paling'.
Secara
umum, verba tidak dapat bergabung dengan kata penunjuk kesangatan.
B.1.
Kata Kerja versi Gorys Keraf
Menurut
Gorys Keraf dalam (Putrayasa, 2010:87) sebuah kata dapat dikatakan
kata kerja atau tidak haruslah melalui dua prosedur, yaitu (a)
Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan. (b) Melihat
dari segi kelompok kata (frasa) sebagai prosedur penentuan.
Bentuk
Semua
kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, di-, -i,-kan
dicalonkan menjadi kata kerja. Akan tetapi, terdapat sejumlah kata
kerja yang tidak mengandung unsur-unsur tersebut tetapi secara
tradisional masuk ke dalam golongan kata kerja seperti tidur,
bangun, datang, pergi, terbang, turun, naik, mandi makan, minum.
Selain ciri-ciri bentuk seperti telah dibahas sebelumnya, kedua
macam kata kerja tersebut mempunyai suatu kesamaan struktur dalam
kelompok kata.
Kelompok
kata
Semua
kata yang tersebut sebelumnya, dalam segi kelompok kata mempunyai
suatu kesamaan struktur, yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata
dengan + kata sifat, misalnya:
Ria
berjalan dengan cepat
Handayani
menyanyi dengan riang
Anak
itu tertidur dengan nyenyak
Berdasarkan
kedua prosedur tersebut Keraf memberi batasan mengenai kata kerja
yaitu segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
dengan + kata sifat merupakan kata kerja.
Untuk
membuktikan penerapan prosedur menentukan kata kerja Keraf dapat
diuji dalam beberapa contoh berikut. Apakah kata jalan, berteriak,
membaca, duduk, belajar,berkabung, termasuk dalam kata kerja?
Dari enam kata tersebut , kata membaca, berteriak, belajar dan
berkabung masuk dalam prosedur bentuk yang menjadikan kata
tersebut calon kata kerja, karena kata tersebut mengandung imbuhan
ber-,dan me-. Lalu dalam prosedur yang kedua , dari
segi kelompok kata, keenam kata tersebut dapat diperluas dengan
kelompok kata dengan + kata sifat misalnya:
jalan
dengan lebih cepat
berteriak
dengan lantang
membaca
dengan ekspresif
duduk
dengan tenang
belajar
dengan tekun
berkabung
dengan penuh duka cita
Maka,
berdasarkan prosedur Gorys Keraf, keenam kata di atas dapat
digolongkan dalam kata kerja. Dapat diamati bahwa kata kerja versi
keraf bisa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dari segi bentuk dapat mengandung
imbuhan me-, ber-, -kan, di-, -i. Ada juga yang tidak
mengandung imbuhan.
Kata yang mengandung imbuhan
ataupun tidak dapat diperluas dengan kelompok kata dengan +
kata sifat.
B.2. Kata Kerja Versi Harimurti
Kridalaksana
Menurut Kridalaksana (1994) dalam
(Putrayasa 2010:45) verba atau kata kerja adalah subkategori yang
memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak, tetapi
tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih,
atau agak. Selain itu, verba juga dapat dicirikan oleh
perluasan kata tersebut dengan rumus V + dengan kata sifat.
Harimukti Kridalaksana dapat
mengklasifikasikan kata kerja berdasarkan bentuknya, banyaknya
argumen, hubungan verba dan nomina, interaksi nomina dan
pendampingnya, referensi argumennya, dan hubungan identifikasi antara
argumen-argumennya.
Dari bentuknya
Verba dapat dibedakan menjadi:
(i)verba dasar bebas yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas
seperti duduk, makan,mandi,dan lain-lain, (ii) verba turunan verba
yang telang mengalami proses morfologis.
Dari banyaknya argumen
Verba dapat dibedakan menjadi: (i)
verba intransitif yaitu verba yang menghindarkan objek atau verba
yang tidak membutuhkan objek, (ii) verba transitif verba yang harus
mendampingi objek.
Dari hubungan verba dan nomina
Verba dapat dibedakan menjadi
Verba aktif yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku.
Verba pasif yaitu verba yang subjeknya sebagai penderita, sasaran
atau hasil. Verba anti-aktif (ergatif )yaitu verba pasif yang tidak
bisa berubah menjadi verba aktif. Verba anti-pasif yaitu verba aktif
yang tidak dapat diganti menjadi verba pasif.
Dari referensi argumennya
Verba ini terdiri dari: (i) verba
refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang
sama, (ii) Verba nonreflesif yaitu verba yang kedua argumenya
mempunyai referen yang berlainan.
Dilihat dari sudut hubungan
identifikasi antara argumen-argumennya
Verba dapat dibedakan menjadi: (i)
verba kopulatif yaitu verba yang mempunyai potensi untuk
ditanggalkan tanpa mengubah konstruksi predikatif yang bersangkutan,
(ii)Verba ekuatif yaitu verba yang mengungkapkan ciri dari salah
satu argumennya.
B.3. Kata kerja menurut Hasan
Alwi, dkk.
Dalam (Putrayasa, 2010:71) Hasan
alwi menyatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan.
Ciri-ciri kata kerja atau verba dapat diketahui dengan mengamati (a)
prilaku semantis, (b) prilaku sintaksis, (c) bentuk morfologisnya.
Dari segi prilaku semantis, verba
memiliki makna inheren yang terkandung didalamnya. Dalam hal ini
verba dapat dibedakan menjadi verba perbuatan, apabila verba
tersebut mampu menjawab pertanyaan 'apa yang dilakukan oleh
subjek?'. Verba proses yaitu verba yang mampu menjawab
pertanyaan 'apa yang terjadi pada subjek?'.
Dari segi prilaku sintaksis
Verba merupakan unsur yang sangat
penting dalam kalimat karena verba berpengaruh besar terhadap
unsur-unsur lain yang harus ada dalam kalimat. Perilaku sintaksis
berkaitan erat dengan makna dan sifat ketransitifan verba.
Dari segi sintaksisnya,
ketransitifan verba ditentukan dua faktor yaitu (i) adanya nomina
yang berdiri dibelakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam
kalimat aktif, (ii) kemungkinan objek tersebut berfungsi subjek
dalam kalimat pasif. Dengan demikian pada dasarnya verba terdiri
dari verba transitif dan tak transitif.
Dari bentuk morfologisnya
Pada dasarnya memiliki dua macam
verba, (i) verba asal yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa
afiks dalam konteks sintaksis. (ii) verba turunan verba yang harus
atau dapat memakai afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa
atau pola sintaksisnya. Verba turunan dibagi menjadi tiga
subkelompok, pertama verba yang dasarnya adalah dasar bebas
(misalnya darat) tetapi memerlukan afiks agar dapat berfungsi
sebagai verba. Kedua, verba yang dasarnya juga bebas juga dapat
memiliki afiks. Ketiga, verba yang dasarnya terikat (temu) juga
memerlukan afiks (bertemu).
B.4. Teori Kata Kerja Menurut
Mansur Muslich
Dalam buku Garis-garis Besar Tata
bahasa Baku Bahasa Indonesia, Mansur Muslich (2010:37) menyatakan
bahwa verba atau kata kerja berbeda dengan kata lainnya, karena
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Berfungsi utama sebagai predikat
atau sebagai inti predikat atau juga dapat berfungsi lain.
Bermakna dasar perbuatan, proses,
keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
Khusus verba yang keadaan tak
dapat diberi prefiks ter- yang bermakna paling.
Dari sifat-sifat verba di atas
maka Mansur Muslich mengklasifikasikan verba berdasarkan dasar makna
(prilaku semantis). Namun Ia juga mengklasifikasikan verba
berdasarkan bentuk (bentuk morfologis). Berdasarkan bentuk verba
dapat dibedakan menjadi (i) verba asal yaitu verba yang dapat berdiri
sendiri seperti datang, mandi, tidur, dan lain-lain. (ii) Verba
turunan yang dapat dibagi menjadi verba turunan afiks bebas, verba
turunan dasar bebas, verba turunan dasar terikat, verba turunan
reduplikasi, verba turunan majemuk.
B.5. Perbandingan Teori Kata
Kerja Gorys Keraf dan Teori Pakar Lainnya.
Dari beberapa teori para ahli
bahasa di atas dapat kita lihat sifat atau ciri kata kerja menurut
masing-masing pakar. Ciri-ciri kategori kata kerja dapat dilihat dari
segi bentuk, makna, fungsi, dan juga kelompok kata pendukungnya. Tata
bahasa tradisional menentukan ciri setiap kategori berdasarkan arti.
Untuk kata kerja tata bahasa tradisional menyatakan sebagai kata
yang menyatakan perbuatan. Namun para ahli diatas telah beranjak
dari pengertian tata bahasa tradisional, karena kategori kata kerja
dapat ditentukan atas beberapa sifat atau ciri dari berbagai sudut
pandang.
Gorys Keraf menyatakan sebuah kata
adalah kata kerja melalui prosedur yang berbeda dengan para pakar
lainnya. Ia membagi kelas kata berdasarkan struktur morfologisnya.
Struktur morfologis adalah bidang bentuk yang memberi ciri khusus
terhadap kata. Bidang bentuk tersebut meliputi kesamaan morfem yang
membentuk kata-kata tersebut atau juga kesamaan ciri atau sifat dalam
membentuk kelompok katanya. Untuk kata kerja kesamaan morfem yang
menjadi syarat pencalonan kata tersebut sebagai kata kerja adalah
kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, di-, -kan, -i. Dan
apabila ada kata yang tidak mengandung imbuhan, tetapi dapat
diperluas dengan kelompok kata yang sama yaitu kata dengan + kata
sifat maka kata tersebut digolongkan dalam kata kerja.
Keraf tidak melakukan prosedur
penentuan kata kerja melalui sudut pandang sintaksis, semantis,
bentuk yang lebih membahas kepada asal terbentuknya kata kerja
tersebut. Sementara pakar-pakar lain seperti Hasan Alwi, dan Mansur
Muslich bertolak dari sudut pandang tersebut. Selain itu mereka juga
melihat dari makna, fungsi,dan posisi kata kerja serta kata yang
mengikuti atau mendahului kata kerja.
Harimukti Kridalaksana memiliki
persamaan dengan Keraf dalam membuat ciri sebuah kata kerja yaitu
sebuah kata dapat dikatan kata kerja apabila dapat diperluas dengan
kelompok kata yang sama yaitu dengan + kata sifat.
Bahkan Harimukti lebih spesifik menyatakan ciri sebuah kata kerja
dengan ciri bahawa kata kerja tidak dapat bergabung denga partikel
di, ke, dari, sangat, lebih, dan agak. Selain itu kata
kerja dapat bergabung dengan kata tidak.
Gorys keraf menentukan kata kerja
hanya melalui dua prosedur tersebut. sementara Pakar lain
mengklasifikasikan kata kerja atau verba juga berdasarkan pendekatan
semantis, sintaksis, bentuk, dan fungsi.
Dari pemaparan di atas akhirnya
dapat kita amati persamaan dan perbedaan teori kata kerja dari
beberapa pakar. Persamaan teori kata kerja Gorys Keraf dan pakar
lainnya adalah:
Bila Tata Bahasa tradisional
menentukan ciri kata kerja berdasarkan arti yaitu yang menyatakan
perbuatan. Maka, para ahli di atas menentukan kategori kata kerja
berdasarkan sifat, ciri-ciri, atau sudut pandang yang berbeda.
Teori kata kerja Gorys Keraf dan
teori kata kerja Harimurti Kridalaksana memiliki kesamaan yaitu kata
kerja atau verba dapat diperluas dengan frasa dengan + kata
sifat.
Perbedaan teori kata kerja Gorys
Keraf dan pakar lainnya :
Gorys Keraf menentukan sebuah kata
termasuk dalam kategori kata kerja melalui prosedur pengujian
(pencalonan dan penentuan), sementara pakar lain dengan menentukan
ciri-ciri dan mengelompokannya.
Gorys keraf menentukan kata kerja
berdasarkan struktur morfologis, sementara pakar lain menentukan
kata kerja berdasarkan pendekatan bentuk, sintaksis dan semantis.
Pendekatan bentuk dan struktur
morfologis digunakan Gorys Keraf sebagai proses pencalonan kata
kerja. Sementara pakar lain menggunakan dasar pendekatan bentuk
untuk mengklasifikasikan kata kerja tersebut berdasarkan bentuknya.
C. Simpulan
Kata
kerja menurut pengertian tata bahasa tradisional adalah kata yang
menyatakan perbuatan. Secara umum kita mengenal kata kerja sebagai
kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat
dalam suatu frasa atau kalimat.
Ada beberapa pakar
yang membahas kelas kata berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.
Kelas kata kerja juga memiliki kategori yang berbeda dalam menentukan
kelasnya sesuai dengan para ahli bahasa yang mengemukakannya.
Gorys
Keraf menentukan sebuah kata tergolong kata kerja berdasarkan
struktur morfologisnya melalui dua prosedur yaitu pertama, melihat
dari kesamaan bentuk, yaitu kata yang mengandung imbuhan me-,
ber-, di-, -kan, -i, sebagai prosedur
pencalonan kata kerja. kedua, melihat dari kelompok kata (frasa) yang
sama dapat memperluas kata tersebut. Kelompok kata tersebut adalah
kata dengan + kata
sifat. Hal ini adalah penentuan suatu kata
sebagai kata kerja.
Berbeda dengan pakar
lainnya Gorys Keraf hanya melakukan prosedur berdasarkan struktur
morfologis saja, sementara pakar lainnya mengkategorikan sebuah kata
menjadi sebuah kata kerja berdasarkan prilaku semantis, prilaku
sintaksis, bentuk morfologis, makna, dan fungsi sebuah kata.
Sehingga para ahli seperti Hasan Alwi, Harimukti Kridalaksana,
Mansur Muslich dapat membuat subkategori kata kerja berdasarkan sudut
pandang sintaksi, semantis, bentuk, makna dan fungsi tersebut.
Namun
dalam menentukan ciri kata kerja Harimukti Kridalaksan memiliki
persamaan dengan Gorys Keraf yaitu sebuah kata kerja adalah kata yang
dapat diperluas dengan kata dengan
+ kata sifat.
D. Daftar Pustaka
Alwi,Hasan,dkk.1998.Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta:
Balai Pustaka.
Arifin, Z. dan Junaiyah.2009.
Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.
Chaer,Abdul.2003.Seputar Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Putrayasa, Ida Bagus.2010.Kajian
Morfologi.Bandung:Refika Aditama.
Muslich, Mansur.2010.Garis-Garis
Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung:Refika Utama.
Muslich, Mansur.2010.Tata
Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara.