MENULIS
KARYA ILMIAH
ANTARA
TUNTUTAN DAN KETERBATASAN
oleh
Yessy Hermawati
Menulis merupakan kegiatan yang tak terpisahkan bagi semua orang.
Keterampilan menulis adalah tuntutan bagi setiap orang untuk
dikuasai, terutama bagi mereka yang bergerak di dunia akademik.
Setiap jenjang pendidikan melibatkan keterampilan menulis, dan bahkan
setiap jenjang pendidikan menguji peserta didiknya melalui
keterampilan menulis.
Tuntutan menulis di setiap jenjang pendidikan sudah ada sejak dulu.
Namun, tetap sampai saat ini kemampuan menulis para peserta didik dan
akademisi masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya
plagiarisme yang terjadi di semua lapisan pendidikan.
Pada saat Direktur Jendral Pendidikan Tinggi yang beberapa waktu
lalu mengeluarkan surat edaran Nomor 152/E/T/2012 yang isinya
mewajibkan mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 untuk membuat karya tulis
ilmiah sebagai syarat kelulusan. Maka, tak berapa lama setelah itu
muncul pemberitaan di media massa tentang kasus plagiarisme . Berita
pertama yang muncul tentang dugaan plagiarisme yang dilakukan oleh
tiga calon guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
sebagaimana yang diberitakan Pikiran Rakyat (kamis, 1/3/2012).
Setelah itu baik koran maupun media televisi mulai marak membicarakan
surat edaran DIKTI dan kontroversi plagiarisme yang terjadi. Ini
merupakan bukti bahwa menulis karya ilmiah dihadapkan pada tuntutan
dan keterbatasan.
Plagiarisme atau penjiplakan muncul disebabkan oleh rendahnya
keterampilan menulis dikalangan peserta didik dan akadimisi. Selain
itu, plagiarisme pun tumbuh subur karena kurangnya minat membaca
serta lemahnya karakter kita. Kejujuran tergusur oleh budaya instant
dan praktis.
Bahkan pada 3 Maret 2012 lalu Pikiran Rakyat kembali memberitakan
tentang plagiarisme:”20 PTN Langgar Norma Akademik”.Setelah itu
selama seminggu di Pikiran Rakyat selalu ada pembahasan tentang
plagiarisme.Kasus plagiarisme dapat kita analogikan sebagai fenomena
gunung es. Kasus yang tersiar saat ini hanyalah puncaknya saja. Jika
kita mau jujur dan membuka mata masih banyak kasus plagiarisme yang
terjadi bahkan mungkin berada dekat dengan kita.
Sudah saatnya para peserta didik dan akamedisi bersikap. Janganlah
lagi tenggelam dalam gelombang plagiarisme ini. Ada baiknya
keterbatasan kita dalam menulis dan menyampaikan pemikiran ilmiah
kita secara tertulis dibenahi. Bapak Djoko Santoso menyatakan sumbat
peluang plagiarisme (Pikiran Rakyat, 11 Maret 2012). Selait disumbat
plagiarisme dan keterbatasan kita dalam dunia karya tulis ilmiah
dapat diberikan penawar racunnya yaitu penanaman pemahan yang tinggi
tentang menulis dan yang utama adalah selalu melatih keterampilan
menulis serta menumbuhkan motivasi yang kuat untuk menulis bagi semua
golongan. Tak ada jalan lain untuk menulis selain memulai menulis
saat ini juga.
Sementara surat edaran DIKTI Nomor 152/E/T/2012 yang terus bergulir
menjadi pro dan kontra di kalangan perguruan tinggi, mahasiswa
hendaknaya menjadikan tuntutan yang menuntun mereka untuk menulis dan
berkarya. Berapa pun keterbatasan yang dimiliki dengan tuntutan
membuat karya ilmiah, mahasiswa akan dipacu mengeluarkan potensinya
terutama dalam menulis karena semakin kita dituntutut dan ditekan
dalam mencapai suatu tujuan dengan motivasi dan sikap positif maka
potensi diri pun akan semakin maksimal eksistensinya. Siap atau
tidak suatu saat, waktu yang bergulir akan mengantarkan kita kepada
masa dimana menulis adalah harga mati yang harus dimilliki semua
orang terutama yang berada dalam dunia akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Holid, Anwar. 2010.Keep Your Hand Moving.Jakarta:PT.Gramedia.
Semi,M.ATar.2007.Dasar-Dasar Keterampilan Menulis.Bandung:Angkasa.
Zainurrahman.2011.Menulis:Dari Teori Hingga
Praktik.Bandng:Alfabeta.
Sumbat Peluang Plagiarisme, Pikiran Rakyat 11 Maret 2012
Menyoal Plagiarisme di Perguruan Tinggi, Pikiran Rakyat 5
Maret 2012
Plagiarisme:20 PTN Langgar Norma Akademik, Pikiran Rakyat 3
Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar