Senin, 02 April 2012

Pemerolehan Bahasa Kedua


PROSES PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
oleh Yessy Hermawati

I. Pendahuluan

Setiap individu dianugrahi kemampuan berbahasa. Bahasa tersebut diperoleh, diwarisi dan ditumbuhkembangkan dari waktu ke waktu. Setiap manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk berinteraksi antara sesamanya.
Sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk memperoleh dan mempelajari bahasa. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara. Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus menerus mendengar pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa instruksi khusus atau direncanakan. Bahkan banyak peneliti mengenai penguasaan bahasa meyakini bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa Ibu mereka tanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas (Rice:1993 dalam Desmita,2007:1120) .
Pada tahap awal perkembangannya manusia mulai masuk dalam tahap pemerolehan bahasa Ibu atau bahasa pertama yaitu proses pemerolehan bahasa yang pertama kali dikenal manusia, biasanya terjadi anata ibu dan anak, bisa diikuti anggota keluarga yang lainya dan dilakukan secara lisan di lingkungan keluarga secara tidak formal. Pemerolehan bahasa Ibu atau bahasa pertama ini terjadi secara sadar dan alamiah pada tataran keterampilan menyimak dan berbicara. Pemerolehan bahasa pertama bertujuan untuk komunikasi antara Ibu dan anak bahkan dengan keluarga serta lingkunan sekelompoknya pada masa waktu tertentu (anak-anak awal).
Setelah seseorang memperoleh bahasa pertama dan telah mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial di luar keluarga dan kelompoknya. Individu tersebut butuh menguasai bahasa lainnya dalam hal ini disebut bahasa kedua. Kebutuhan pemerolehan bahasa kedua muncul karena seseorang memerlukan bahasa baru untuk dapat berkomunikasi dan menyesuaikan diri di lingkungan sosial yang lebih besar, selain itu juga terdapat alasan imigrasi, kebutuhan perdagangan,ilmu pengetahuan dan pendidikan. Istilah bahasa kedua juga digunakan untuk mengambarkan bahasa-bahasa apa saja yang pemerolehanya atau pengusaannya dimulai setelah masa anak-anak awal, termasuk bahasa ketiga atau bahasa asing lainnya.
Untuk memahami tahap pemerolehan bahasa kedua pada suatu individu. Maka, penulis mencoba menulis makalah ini yang berjudul "Proses Pemerolehan Bahasa Kedua". Dalam makalah ini akan diterangkan pengertian, latar belakang serta tahapan pemerolehan bahasa kedua.

II. Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua

Sebelum memahami pengertian pemerolehan bahasa kedua, pertama yang harus dipahami adalah arti dari istilah pemerolehan bahasa. Ada beberapa pengertian pemerolehan bahasa yaitu:
  1. Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak aytau orang dewasa. (http://id.wikipedia.org/wiki/pemerolehan bahasa)
  2. Menurut McGraw (1987, dalam Sabarti A.,dkk,1997:1.3) Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa yang pertama, mengatakan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, mengatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
  3. Menurut Dardjowidjojo,2008, istilah pemerolehan dipakai untuk menerjemahkan bahasa Inggris, aquesition yang diartikan sebagai proses penguasaan bahasa secara alami dari seorang anak saat ia belajar bahasa ibunya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pemerolehan bahasa maka pemerolehan bahasa juga dapat diartikan sebagai proses mendapatkan bahasa terutama bahasa ibunya secara sadar dan alamiah.
Selain makna pemerolehan bahasa,yang kedua adalah makna bahasa kedua, dalam (blog,4/3/2011) bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh seseorang di luar lingkungan kelompok masyarakatnya dinamakan bahasa asing yang apabila dipelajari orang tersebut akan menjadi bahasa kedua. Dalam (blog, 9/6/2009) bahasa kedua adalah sebuah bahasa lain yang dikuasai seseorang setelah terlebih dahulu ia menguasai batas tertentu bahasa pertama. Bahasa kedua juga dapat diartikan sebagai bahasa yang harus dikuasai seseorang yang digunakan untuk alat komunikasi umum dan bahasa-bahasa asing yang harus dikuasai untuk tujuan-tujuan tertentu.
Setelah memahami makna pemerolehan bahasa dan bahasa kedua maka selanjutnya dapat dipahami apa yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa kedua. Ada beberapa pengertian terhadap pemerolehan bahasa kedua yaitu:
  1. Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu mereka. Pemerolehan bahasa kedua merujuk kepada apa yang siswa lakukan dan tidak merujuk pada apa yang guru lakukan.
  2. Menurut Chaer A. dan Agusitina,2004. Pemerolehan bahasa kedua atau bilingualisme adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat secara bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya denganB1.
  3. Menurut Akhadiah, S., dkk dalam (1997:2.2) pemerolehan bahasa kedua adalah proses saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya.
Maka, pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau tahapan untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya.

III. Proses Pemerolehan Bahasa Kedua

Stren (1983 dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.(Pateda:1990)
Dalam (Chaer,A. dan Agustina: 2004) menerangkan bahwa pada umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-masing karena bahasa Indonesia baru dipelajari ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah menguasai bahasa ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan bahasa pertama, proses pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Menurut Krashen seperti yang dikutip oleh sebuah blog, untuk anak-anak, bahasa kedua adalah hal yang lebih banyak dipelajari daripada diperoleh. Bila dilihat dari proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua cara yang dijelaskan oleh hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa dalam (Akhadia, S.,dkk,1997:2.3) yaitu:
  1. Cara pertama dalam pengembangan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa yang merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang diperoleh bawah sadar. Cara-cara lain memerikan pemerolehan termasuk belajar implisit, belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis sering disebut pemerolehan "memunggut"bahasa.
  2. Cara kedua dalam pengembangan bahasa kedua adalah dengan belajar bahasa, yang mengacu pada pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetahui kaidah-kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah itu yang oleh umum dikenal dengan tata bahasa. Beberapa sinonim mencakup pengetahuan formal mengenai suatu bahasa atau belajar eksplisit.
Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi hipotesis pemerolehan-belajar menuntut orang-orang dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Hipotesa diatas dapat menjelaskan perbedaan pemerolehan dan belajar bahasa, Krashen dan Terrel (1983, dalam Akhadiah, dkk,1997:2.3) menegaskan perbedaan keduanya dalam lima hal:
  1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama seorang anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal.
  2. Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran adalah proses sadar dan disengaja.
  3. Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar seperti memungut bahasa kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar bahasa kedua mengetahui bahasa kedua.
  4. Dalam pemerolehan pengetahuan didapat secara implisit sedangkan dalam pembelajaran pengetahuan didapat secara eksplisit
  5. Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak sedangkan dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong sekali.
Dalam pemerolehan bahasa pertama atau bahasa kedua ada landasan teoritis atau pandangan terhadap pemerolehan bahasa yaitu pertama, pandangan nativistis, pandangan ini diwakili oleh Noam Chomsky. Menurut pandangan ini bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia.Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Hakikatnya, pola perkembangan bahasa adalah sama pada berbagai macam bahasa dan budaya (universal). Kedua, pandangan behavioritis yang diwakili oleh B.F. Skinner. Kaum behavioritis menganggap bahasa sebagai suatu yang kompleks di antara prilaku-prilaku lain. Dalam hal ini mereka menggunakan istilah "prilaku verbal". Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Perkembangan perilaku verbal (yaitu bahasa) terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan lingkungannya. Menurut pandangan Skinner (1969), anak dapat menguasai bahasa melalui peniruan. Ketiga, pandangan kognitif dalam hal ini diwakili oleh Jean Peaget. Bagi kognitif bahasa bukan ciri alamiah yang terpisah melainkan satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif. Peaget juga beranggapanbahwa lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak, yang penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya.
Selain ketiga pandangan itu, masih ada pandangan lain yang dikemukakan oleh Krashen dan Terrel (Akhadiah,dkk,1997:2.5) yang memmbagai dua cara pemerolehan bahasa kedua yaitu:
  1. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin
    Di dalam pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin berarti pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Ciri-ciri pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin,(1) materi tergantung kriteria yang ditentukan oleh guru, (2)Strategi yang dipakai oleh seorang guru juga sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok untuk siswanya. Dalam pemerolehan bahasa secara terpimpin, apabila penyajian materi dan metode yang digunakan dalam belajar teppat dan efekktif maka ini akan berhasil dan menguntungkan pelajar dalam pemerolehan bahasa keduanya. Namun, sering ada ketidakwajaran dalam penyajian materi terpimpin ini, misalnya penghafalan pola-pola kalimat tanpa pemberian latihan-latihan bagaimana penerapan itu dalam komunikasi.
  2. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah
    Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau secara spontan adalah pemeroleh bahasa kedua yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan guru. Pemerolehan bahasa seperti ini tidak ada keseragaman karena setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri. Yang paling penting dalam cara ini adalah interaksi dan komunikasi yang mendorong pemerolehan bahasa kedua. Ciri-ciri pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah (1) yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari,(2) bebas dari pimpinan sistematis yang disenggaja.

IV. Pemerolehan Bahasa Kedua dan Bilinguaisme

Bilingualisme adalah istilah yang erat kaitannya dengan pemerolehan bahasa kedua. Seperti kata Diebold dalam Chaer dan Agustina (2004) menyatakan bahawa bilingualisme pada tingkat awal atau disebut incipient bilingualism adalah bilingualisme yang dialami oleh orang-orang, atau lebih spesifiknya anak-anak, yang sedang mempelajari bahasa kedua pada tahap awal. Selanjutnya bilingalisme itu sendiri adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit akan bahasa kedua(B2), lalu penguasaan bahasa kedua (B2) meningkat secara bertahap, sampai pada akhirnya menguasai bahasa kedua sama (B2) sama baiknya dengan bahasa pertama (B1).
Istilah lain yang setara dengan bilingualisme adalah kedwibahsaan. Istilah ini digunakan oleh Tarigan,yang berarti orang yang dapat berbicara dengan lancar secara bergantian dalam dua bahasa atau lebih. Tarigan dalam (2009:5) mengkasifikasikan kedwibahasaan dengan berbagai cara, berdasarkan beberapa sudut pandang, beberapa diantaranya antara lain:

a. Berdasarkan hipotesis ambang
Hipotesis ini dikemukakan oleh Cummins (1976) dapat dibedakan:
  1. Kedwibahasaan subtraktif (subtractive bilingualism)
    Apabila bahasa asli seseorang anak yang minoritas digantikan sampai taraf tertentu oleh bahasa mayoritas, maka hal ini mengandung efek subtraktif (akibat pengurangan) pada seorang anak (Grittner [ed],1980:125). Dengan kata lain dalam kdwibahasaan subtraktif , yang menghilangkan atau mengembangkan kecakapan yang terbatas saja pada bahasa pertama (B1), mungkin saja mengakibatkan defisiensi (kekurangan) kognitif pada bahasa kedua (B2).
  2. Kedwibahasaan aditif (additive bilingualism)
    Dalam kedwibahasaan aditif, yang merupakan wadah bahasa pertama (B1) seseorang anak merupakan bahasa mayoritas atau dominan dalam kebudayaan, maka pemakaian dan pemerolehan sesuatu bahasa kedua (B2) merupakan suatu prestasi tambahan bagi seorang anak dan belajar kognitifnya pun menjadi lebih jelas (Grittner[ed], 1980:126).

b. Berdasarkan tahap usia pemrolehan
Berdasarkan tahapan usia seseorang memperoleh bahasa kedua (B2) yang membuatnya menjadi seorang dwibahasawan, maka dapat dibedakan empat jenis kedwibahasaan, yaitu:
  1. Kedwibahasaan masa kecil (infant bilingualism)
    Dalam kedwibahasaan masa kecil yang ditekankan adalah bahwa kenyataan seorang bayi bergerak atau beranjak dari yang "tidak bisa berbicara sama sekali" menuju ke "berbicara dua bahasa". Di antara keluarga-keluarga yang pernah diobservasi dan diwawancarai oleh para ahli, justru hal ini merupakan salah satu yang paling umum dan tipe kedwibahasaan yang paling berhasil (Harding&Riley, 1986:40).
  2. Kedwibahasaan masa kanak-kanak (Child bilingualism)
    Secara definisi, mencakup pemerolehan suksesif dua bahasa. Selama penyebab paling umum pemerolehan suksesif ini adalah perpindahan keluarga ke daerah atau negara lain, maka hal itu seringkali mempunyai hubungan erat dengan masa sulit adaptasi atau penyesuaian dalam kehidupan seorang anak dan jelas sekali ini juga mencakup belajar bahasa tersebut.
  3. Kedwibahasaan masa remaja (adolesence bilungalism) adalah suatu istilah yang dipakai mengacu kepada orang-orang yang menjadi dwibahasawan "setelah masa pubertas".
  4. Kedwibahasaan masa dewasa (adult bilingualism)
    Itilah ini mengacu kepada orang-orang yang menjadi dwibahasawan setelah usia mereka belasan tahun.
c. Berdasarkan usia belajar bahasa kedua (B2)
Ditinjau dari segi usia seseorang belajar bahasa kedua, maka dapat dibedakan:
  1. Kedwibahasaan serentak (simultaneous bilingualism)
    Dalam kedwibahasaan serentak ini para pemeroleh atau seorang anak mempelajari bahasa pertama dan bahasa kedua secara serentak; hampir dikatakan tidak ada jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Hal ini dilakukan pada masa kecil atau pada masa anak-anak, sehingga biasa juga disebut kedwibahasaan awal atau kedwibahasaan dini. Contohnya, sebelum usia tiga tahun, jalur perkembangannya dengan anak monolingual memperoleh bahasa. Tetapi ada beberapa ketidaksetujuan dalam literatur tentang hasil emampuan bilingual yang lebih rendah dalam perkembangan kosakata, dibandingkan dengan anak yang mempelajari bahasa tunggal. Ketika anak memeroleh dua bahasa dan menjadi bilingual, salah satu bahasa mendominasi yang lainnya. Ini adalah hal yang normal. Hal yang jarang terjadi ketika dua bahasa menjadi seimbang di dalam perkembangannya.
  2. Kedwibahasaan berurutan (Sequential bilingualism)
    Dalam kedwibahasaan berurutan jelas terlihat jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Seorang pemeroleh atau seorang dwibahasawan mula-mula belajar atau memperoleh bahasa pertama (B1), baru kemudian disusul dengan bahasa kedua (B2). Pada perkembangan ini , dasar-dasar bahasa pertama telah dikuasai, namun selanjutnya mereka harus mempelajari tata bahasa, perbendaharaan kata, dan sintaksis yang spesifik dari sebuah bahasa yang baru. Dalam harl ini nampak urutan yang nyata dalam pemerolehan bahasa.

V. Perbedaan Cara Pemerolehan Bahasa Pertama Dengan Cara Pemerolehan Bahasa Kedua.

Dari berbagai pandangan dan cara yang diterapkan dalam pemerolehan bahasa kedua, dapat terlihat tidak ada cara yang mudah untuk menjelaskan mengapa seseorang dapat dengan mudah menguasai bahasa kedua dan mengapa yang lain tidak. Pemerolehan bahasa kedua dipengaruhi oleh latar belakang usia, pendidikan, sosial, identitas individual, kepribadian, motivasi dan hal lainya.

Secara umum, proses pemerolehan bahasa kedua lebih mengacu pada mengajar-belajar bahasa asing atau bahasa lainnya. Di antara sekian banyak faktor yang dapat kita temui di dalam kelas ada tiga faktor penting dan mendasar, yaitu:
  1. Faktor orang
    Terkandung makna bahwa hal ini merupakan proses sosila belajar yang utama. pemerolehan bahasa kedua terjadi dalam hubungan antarpribadi, anatara guru dan sekelompok siswa, dan juga hubungan siswa itu sendiri
  2. Faktor interaksi dinamis
    Berarti orang-orang yang dilahirkan dan tumbuh dalam bahasa asing atau bahasa kedua. Hubungan mereka akan berubah kalau mereka berkembang dalam bahasa. "Interaksi dinamis" berarti bahwa guru memberikan atau menyediakan pengalaman-pengalaman belajar yang bermanfaat yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan para siswa dalam berbagai tahap perkembangan mereka. .
  3. Faktor responsi
    Yaitu belajar bahasa juga merupakan responsi oleh para siswa (lavorge,1980:vii-viii)
Dalam sebuah blog dinyatakan bahwa ada tiga komponen yang menentukan proses pemerolehan bahasa kedua yaitu prospebsity (kecenderungan), languange faculty (kemampuan berbahasa), dan acsess (jalan masuk) ke bahasa. Dan dalm sebuah hipotesi pun terdapat susunan yang agak stabil mengenai pemerolehan struktur dalam pemerolehan bahasa,yaitu seseorang dapat melihat kesamaan-kesamaan yang jelas antara sesama pemeroleh, seperti struktur-struktur mana yang diperoleh mula-mula dan mana pula yang diperoleh kemudian (Brown,1973;Dullay&Burt,1975;Akhadiah,dkk,1997:2.7).
Lalu, yang dapat ditemui tentang perbedaan pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah:
  1. Pengusaan kemampuan bahasa
    Dalam pemerolehan bahasa pertama, penguasaan kemampuan berbahasa berlaku secara bertahap. Contohnya; mulai dari mengeluarkan bunyi, kemudian mencantumkan unit bunyi atau silabi, menjadi kata, setelah itu menjadi kata dalam berupa ungkapan atau kalimat. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua adalah merupakan peoses yang mekanis yang membentuk sikap baru yaitu kemampuan berbahasa yang baru melalui memungut bahasa dan latihan-latihan yang diberikan untuk membentuk kebiasaan berbahasa melalui belajar bahasa.
  2. Penguasaan aspek bahasa
    Dalam pemerolehan bahasa pertama setiap kemampuan berbahasa dapat dikuasai dengan cara yang perlahan. Cara ini memperlihatkan bahwa beberapa aspek bahasa dapat dikuasai secara sekaligus, contohnya bahasa mememiliki tataran dan aturan, semuanya itu dapat dikuasai secara serentak oleh anak-anak umpamanya bunyi, kata, makna, dan penggunaanya dalam kalimat sekaligus. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua, penguasaan kemampuan bahasa kedua melalui tahapan-tahapan yang tidak bida sekaligus yakni dimulai dengan kemampuan menyimak atau mendengar, kemudian berbicara, membaca, dan menulis.
  3. Penggunaan bahasa
    Dalam pemerolehan bahasa pertama, seorang anak memperoleh bahasa tanpa mengkaji tata bahasa untuk menggunakan dan menguasai bahasa tersebut. Sementara dalam pemerolehan bahasa kedua, seseorang anak akan ada pada tahapan belajara bahasa untuk menyempurnakan pemerolehan bahasa kedua memlalui latihan-latihan dan belajar mengenai kaidah-kaidah atau tata bahasa tersebut.
  4. Pelaku dalam pemerolehan bahasa
    Dalam pemerolehan bahasa pertama atau yang dikenal dengan bahasa ibu, bahasa diperoleh melalui interaksi ibu dan anak serta anggota keluarga atau kelompok. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua terjadi diperoleh dalam lingkungan sosial yang lebih besar atau kelompok baru diluar keluarga atau kelompok lainnya, memalau memunggut dan belajar bahasa.
  5. Cara pemerolehan
    Dalam pemerolehan bahasa pertama melalui proses yang tidak forma, sedangkan pemerolehan bahasa kedua melalui cara alamiah dan cara formal.
  6. Fungsi pemerolehan bahasa
    Dalam pemerolehan bahasa pertama berfungsi sebagai pemerolehan bahasa untuk tujuan berkomunikasi seeorang atau anak dengan ibu, keluarga atau kelompok kecil terdekatnya, dan juga sebagai kemampuan anak untuk menciptakan identitas budaya yang kuat. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua biasanya berfungsi sebagai alat komunikasi umum, untuk menyesuaikan diri terhadap lingkuangan dan tujuan tertentu, seperti ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Demikianlah pembahasan mengenai proses pemerolehan bahasa kedua, yang dimulai dari pengertian, cara, dan juga istilah-istilah yang terkait didalamnya serta perbedaan dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.




VI. Simpulan

Pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau tahapan untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya. Ada berbagai cara dan pandangan dalam proses pemerolehan bahasa kedua yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Bagi sebagian besar anak Indonesia , bahasa Indonesia bukanlah bahasa pertama mereka melainkan bahasa kedua atau ketiga.
  2. Penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.
  3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tidak formal dengan orang tua dan atau teman sebaya tanpa bimbingan
  4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan dan dilakukan dengan sadar.
  5. Bahasa pertama dan bahasa kedua didapat bersama-sama atau dalam waktu yang berbeda.
  6. Bahasa kedua dapat diperoleh dilingkungan bahasa pertama dan lingkungan bahasa kedua.











DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah,S.,dkk.1997.Teori Belajar Bahasa.Jakarta:Universitas Terbuka
Chaer, Abduld & Agustina, Leonie.2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta.
Darjowidjojo, Soejono.2008.Psikolinguistik:Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia .
Deswita.2007.Psikologi Perkembangan.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ghazali, A.Syukur.2010.Pembelajaran Keterampilan Berbahasa.Bandung: Refika Aditama.
Tarigan.2009.Pengajaran Kedwibahasaan.Bandung: Angkasa .
http://pakdesofa.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
http://abdiplizz.wordpress.com/2011/03/04/pemerolehan bahasa kedua/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
http://panglimaw1.blogspot .com/2011/03/proses pemerolehan bahasa dan htm/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
http://putriaida.worpress.com/2010/05/14/pemerolehan-bahasa kedua/ di akses tanggal 10 Oktober 2011.



2 komentar:

  1. artikel ilmiah yang apik. teruslah berbagi dan memberi, nantikan keajaiban lewat gagasan-gagasan melalui karya tulis ...

    BalasHapus