PROSES
PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
oleh
Yessy Hermawati
I.
Pendahuluan
Setiap
individu dianugrahi
kemampuan berbahasa. Bahasa tersebut diperoleh, diwarisi dan
ditumbuhkembangkan dari waktu ke waktu. Setiap manusia menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk berinteraksi antara
sesamanya.
Sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan
kesiapan untuk memperoleh dan mempelajari bahasa. Hal ini terlihat
bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara.
Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus menerus mendengar
pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa
tersebut tanpa instruksi khusus atau direncanakan. Bahkan banyak
peneliti mengenai penguasaan bahasa meyakini bahwa anak-anak dari
berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa Ibu mereka
tanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan
yang jelas (Rice:1993 dalam Desmita,2007:1120) .
Pada tahap awal perkembangannya manusia mulai masuk
dalam tahap pemerolehan bahasa Ibu atau bahasa pertama yaitu proses
pemerolehan bahasa yang pertama kali dikenal manusia, biasanya
terjadi anata ibu dan anak, bisa diikuti anggota keluarga yang lainya
dan dilakukan secara lisan di lingkungan keluarga secara tidak
formal. Pemerolehan bahasa Ibu atau bahasa pertama ini terjadi secara
sadar dan alamiah pada tataran keterampilan menyimak dan berbicara.
Pemerolehan bahasa pertama bertujuan untuk komunikasi antara Ibu dan
anak bahkan dengan keluarga serta lingkunan sekelompoknya pada masa
waktu tertentu (anak-anak awal).
Setelah seseorang memperoleh bahasa pertama dan telah
mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial di luar keluarga dan
kelompoknya. Individu tersebut butuh menguasai bahasa lainnya dalam
hal ini disebut bahasa kedua. Kebutuhan pemerolehan bahasa kedua
muncul karena seseorang memerlukan bahasa baru untuk dapat
berkomunikasi dan menyesuaikan diri di lingkungan sosial yang lebih
besar, selain itu juga terdapat alasan imigrasi, kebutuhan
perdagangan,ilmu pengetahuan dan pendidikan. Istilah bahasa kedua
juga digunakan untuk mengambarkan bahasa-bahasa apa saja yang
pemerolehanya atau pengusaannya dimulai setelah masa anak-anak awal,
termasuk bahasa ketiga atau bahasa asing lainnya.
Untuk memahami tahap pemerolehan bahasa kedua pada
suatu individu. Maka, penulis mencoba menulis makalah ini yang
berjudul "Proses Pemerolehan Bahasa Kedua". Dalam
makalah ini akan diterangkan pengertian, latar belakang serta tahapan
pemerolehan bahasa kedua.
II.
Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua
Sebelum memahami pengertian pemerolehan bahasa kedua,
pertama yang harus dipahami adalah arti dari istilah
pemerolehan bahasa. Ada beberapa pengertian pemerolehan bahasa yaitu:
- Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak aytau orang dewasa. (http://id.wikipedia.org/wiki/pemerolehan bahasa)
- Menurut McGraw (1987, dalam Sabarti A.,dkk,1997:1.3) Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa yang pertama, mengatakan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, mengatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
- Menurut Dardjowidjojo,2008, istilah pemerolehan dipakai untuk menerjemahkan bahasa Inggris, aquesition yang diartikan sebagai proses penguasaan bahasa secara alami dari seorang anak saat ia belajar bahasa ibunya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pemerolehan
bahasa maka pemerolehan bahasa juga dapat diartikan sebagai proses
mendapatkan bahasa terutama bahasa ibunya secara sadar dan alamiah.
Selain makna pemerolehan bahasa,yang kedua adalah
makna bahasa kedua, dalam (blog,4/3/2011) bahasa kedua adalah bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh seseorang di luar
lingkungan kelompok masyarakatnya dinamakan bahasa asing yang apabila
dipelajari orang tersebut akan menjadi bahasa kedua. Dalam (blog,
9/6/2009) bahasa kedua adalah sebuah bahasa lain yang dikuasai
seseorang setelah terlebih dahulu ia menguasai batas tertentu bahasa
pertama. Bahasa kedua juga dapat diartikan sebagai bahasa yang harus
dikuasai seseorang yang digunakan untuk alat komunikasi umum dan
bahasa-bahasa asing yang harus dikuasai untuk tujuan-tujuan tertentu.
Setelah memahami makna pemerolehan bahasa dan bahasa
kedua maka selanjutnya dapat dipahami apa yang dimaksud dengan
pemerolehan bahasa kedua. Ada beberapa pengertian terhadap
pemerolehan bahasa kedua yaitu:
- Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu mereka. Pemerolehan bahasa kedua merujuk kepada apa yang siswa lakukan dan tidak merujuk pada apa yang guru lakukan.
- Menurut Chaer A. dan Agusitina,2004. Pemerolehan bahasa kedua atau bilingualisme adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat secara bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya denganB1.
- Menurut Akhadiah, S., dkk dalam (1997:2.2) pemerolehan bahasa kedua adalah proses saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya.
Maka, pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau
tahapan untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai
bahasa pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat
menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya.
III.
Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Stren (1983 dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2)
menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi
kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua
dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang
berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange
yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign
languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di
negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk
kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.(Pateda:1990)
Dalam (Chaer,A. dan Agustina: 2004) menerangkan bahwa
pada umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa
daerahnya masing-masing karena bahasa Indonesia baru dipelajari
ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah menguasai bahasa
ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan bahasa pertama, proses
pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Menurut Krashen seperti yang
dikutip oleh sebuah blog, untuk anak-anak, bahasa kedua adalah hal
yang lebih banyak dipelajari daripada diperoleh. Bila dilihat dari
proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua cara yang dijelaskan
oleh hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa dalam
(Akhadia, S.,dkk,1997:2.3) yaitu:
- Cara pertama dalam pengembangan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa yang merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang diperoleh bawah sadar. Cara-cara lain memerikan pemerolehan termasuk belajar implisit, belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis sering disebut pemerolehan "memunggut"bahasa.
- Cara kedua dalam pengembangan bahasa kedua adalah dengan belajar bahasa, yang mengacu pada pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetahui kaidah-kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah itu yang oleh umum dikenal dengan tata bahasa. Beberapa sinonim mencakup pengetahuan formal mengenai suatu bahasa atau belajar eksplisit.
Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan
bahwa anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat
mempelajarinya. Akan tetapi hipotesis pemerolehan-belajar menuntut
orang-orang dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan memungut bahasa
tidaklah hilang pada masa puber. Hipotesa diatas dapat menjelaskan
perbedaan pemerolehan dan belajar bahasa, Krashen dan Terrel (1983,
dalam Akhadiah, dkk,1997:2.3) menegaskan perbedaan keduanya dalam
lima hal:
- Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama seorang anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal.
- Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran adalah proses sadar dan disengaja.
- Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar seperti memungut bahasa kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar bahasa kedua mengetahui bahasa kedua.
- Dalam pemerolehan pengetahuan didapat secara implisit sedangkan dalam pembelajaran pengetahuan didapat secara eksplisit
- Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak sedangkan dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong sekali.
Dalam pemerolehan bahasa pertama atau bahasa kedua ada
landasan teoritis atau pandangan terhadap pemerolehan bahasa yaitu
pertama, pandangan nativistis, pandangan ini diwakili oleh
Noam Chomsky. Menurut pandangan ini bahasa hanya dapat
dikuasai oleh manusia.Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan.
Hakikatnya, pola perkembangan bahasa adalah sama pada berbagai macam
bahasa dan budaya (universal). Kedua, pandangan behavioritis
yang diwakili oleh B.F. Skinner. Kaum behavioritis menganggap
bahasa sebagai suatu yang kompleks di antara prilaku-prilaku lain.
Dalam hal ini mereka menggunakan istilah "prilaku verbal".
Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan
lingkungan. Perkembangan perilaku verbal (yaitu bahasa) terutama
ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan lingkungannya.
Menurut pandangan Skinner (1969), anak dapat menguasai bahasa melalui
peniruan. Ketiga, pandangan kognitif dalam hal ini diwakili
oleh Jean Peaget. Bagi kognitif bahasa bukan ciri alamiah yang
terpisah melainkan satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari
pematangan kognitif. Peaget juga beranggapanbahwa lingkungan tidak
besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak, yang
penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya.
Selain ketiga pandangan itu, masih ada pandangan lain
yang dikemukakan oleh Krashen dan Terrel
(Akhadiah,dkk,1997:2.5) yang memmbagai dua cara pemerolehan bahasa
kedua yaitu:
- Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpinDi dalam pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin berarti pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Ciri-ciri pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin,(1) materi tergantung kriteria yang ditentukan oleh guru, (2)Strategi yang dipakai oleh seorang guru juga sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok untuk siswanya. Dalam pemerolehan bahasa secara terpimpin, apabila penyajian materi dan metode yang digunakan dalam belajar teppat dan efekktif maka ini akan berhasil dan menguntungkan pelajar dalam pemerolehan bahasa keduanya. Namun, sering ada ketidakwajaran dalam penyajian materi terpimpin ini, misalnya penghafalan pola-pola kalimat tanpa pemberian latihan-latihan bagaimana penerapan itu dalam komunikasi.
- Pemerolehan bahasa kedua secara alamiahPemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau secara spontan adalah pemeroleh bahasa kedua yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan guru. Pemerolehan bahasa seperti ini tidak ada keseragaman karena setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri. Yang paling penting dalam cara ini adalah interaksi dan komunikasi yang mendorong pemerolehan bahasa kedua. Ciri-ciri pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah (1) yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari,(2) bebas dari pimpinan sistematis yang disenggaja.
IV.
Pemerolehan Bahasa Kedua dan Bilinguaisme
Bilingualisme adalah istilah yang erat kaitannya dengan
pemerolehan bahasa kedua. Seperti kata Diebold dalam Chaer dan
Agustina (2004) menyatakan bahawa bilingualisme pada tingkat awal
atau disebut incipient bilingualism adalah bilingualisme yang dialami
oleh orang-orang, atau lebih spesifiknya anak-anak, yang sedang
mempelajari bahasa kedua pada tahap awal. Selanjutnya bilingalisme
itu sendiri adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai
bahasa pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit akan bahasa
kedua(B2), lalu penguasaan bahasa kedua (B2) meningkat secara
bertahap, sampai pada akhirnya menguasai bahasa kedua sama (B2) sama
baiknya dengan bahasa pertama (B1).
Istilah lain yang setara dengan bilingualisme adalah
kedwibahsaan. Istilah ini digunakan oleh Tarigan,yang berarti
orang yang dapat berbicara dengan lancar secara bergantian dalam dua
bahasa atau lebih. Tarigan dalam (2009:5) mengkasifikasikan
kedwibahasaan dengan berbagai cara, berdasarkan beberapa sudut
pandang, beberapa diantaranya antara lain:
a. Berdasarkan hipotesis ambang
Hipotesis ini dikemukakan oleh Cummins (1976) dapat
dibedakan:
- Kedwibahasaan subtraktif (subtractive bilingualism)Apabila bahasa asli seseorang anak yang minoritas digantikan sampai taraf tertentu oleh bahasa mayoritas, maka hal ini mengandung efek subtraktif (akibat pengurangan) pada seorang anak (Grittner [ed],1980:125). Dengan kata lain dalam kdwibahasaan subtraktif , yang menghilangkan atau mengembangkan kecakapan yang terbatas saja pada bahasa pertama (B1), mungkin saja mengakibatkan defisiensi (kekurangan) kognitif pada bahasa kedua (B2).
- Kedwibahasaan aditif (additive bilingualism)Dalam kedwibahasaan aditif, yang merupakan wadah bahasa pertama (B1) seseorang anak merupakan bahasa mayoritas atau dominan dalam kebudayaan, maka pemakaian dan pemerolehan sesuatu bahasa kedua (B2) merupakan suatu prestasi tambahan bagi seorang anak dan belajar kognitifnya pun menjadi lebih jelas (Grittner[ed], 1980:126).
b. Berdasarkan tahap usia pemrolehan
Berdasarkan tahapan usia seseorang memperoleh bahasa
kedua (B2) yang membuatnya menjadi seorang dwibahasawan, maka dapat
dibedakan empat jenis kedwibahasaan, yaitu:
- Kedwibahasaan masa kecil (infant bilingualism)Dalam kedwibahasaan masa kecil yang ditekankan adalah bahwa kenyataan seorang bayi bergerak atau beranjak dari yang "tidak bisa berbicara sama sekali" menuju ke "berbicara dua bahasa". Di antara keluarga-keluarga yang pernah diobservasi dan diwawancarai oleh para ahli, justru hal ini merupakan salah satu yang paling umum dan tipe kedwibahasaan yang paling berhasil (Harding&Riley, 1986:40).
- Kedwibahasaan masa kanak-kanak (Child bilingualism)Secara definisi, mencakup pemerolehan suksesif dua bahasa. Selama penyebab paling umum pemerolehan suksesif ini adalah perpindahan keluarga ke daerah atau negara lain, maka hal itu seringkali mempunyai hubungan erat dengan masa sulit adaptasi atau penyesuaian dalam kehidupan seorang anak dan jelas sekali ini juga mencakup belajar bahasa tersebut.
- Kedwibahasaan masa remaja (adolesence bilungalism) adalah suatu istilah yang dipakai mengacu kepada orang-orang yang menjadi dwibahasawan "setelah masa pubertas".
- Kedwibahasaan masa dewasa (adult bilingualism)Itilah ini mengacu kepada orang-orang yang menjadi dwibahasawan setelah usia mereka belasan tahun.
c. Berdasarkan usia belajar bahasa kedua (B2)
Ditinjau dari segi usia seseorang belajar bahasa
kedua, maka dapat dibedakan:
- Kedwibahasaan serentak (simultaneous bilingualism)Dalam kedwibahasaan serentak ini para pemeroleh atau seorang anak mempelajari bahasa pertama dan bahasa kedua secara serentak; hampir dikatakan tidak ada jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Hal ini dilakukan pada masa kecil atau pada masa anak-anak, sehingga biasa juga disebut kedwibahasaan awal atau kedwibahasaan dini. Contohnya, sebelum usia tiga tahun, jalur perkembangannya dengan anak monolingual memperoleh bahasa. Tetapi ada beberapa ketidaksetujuan dalam literatur tentang hasil emampuan bilingual yang lebih rendah dalam perkembangan kosakata, dibandingkan dengan anak yang mempelajari bahasa tunggal. Ketika anak memeroleh dua bahasa dan menjadi bilingual, salah satu bahasa mendominasi yang lainnya. Ini adalah hal yang normal. Hal yang jarang terjadi ketika dua bahasa menjadi seimbang di dalam perkembangannya.
- Kedwibahasaan berurutan (Sequential bilingualism)Dalam kedwibahasaan berurutan jelas terlihat jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Seorang pemeroleh atau seorang dwibahasawan mula-mula belajar atau memperoleh bahasa pertama (B1), baru kemudian disusul dengan bahasa kedua (B2). Pada perkembangan ini , dasar-dasar bahasa pertama telah dikuasai, namun selanjutnya mereka harus mempelajari tata bahasa, perbendaharaan kata, dan sintaksis yang spesifik dari sebuah bahasa yang baru. Dalam harl ini nampak urutan yang nyata dalam pemerolehan bahasa.
V.
Perbedaan Cara Pemerolehan Bahasa Pertama Dengan Cara Pemerolehan
Bahasa Kedua.
Dari
berbagai pandangan dan cara yang diterapkan dalam pemerolehan bahasa
kedua, dapat terlihat tidak ada cara yang mudah untuk menjelaskan
mengapa seseorang dapat dengan mudah menguasai bahasa kedua dan
mengapa yang lain tidak. Pemerolehan bahasa kedua dipengaruhi oleh
latar belakang usia, pendidikan, sosial, identitas individual,
kepribadian, motivasi dan hal lainya.
Secara umum, proses pemerolehan bahasa kedua lebih
mengacu pada mengajar-belajar bahasa asing atau bahasa lainnya. Di
antara sekian banyak faktor yang dapat kita temui di dalam kelas ada
tiga faktor penting dan mendasar, yaitu:
- Faktor orangTerkandung makna bahwa hal ini merupakan proses sosila belajar yang utama. pemerolehan bahasa kedua terjadi dalam hubungan antarpribadi, anatara guru dan sekelompok siswa, dan juga hubungan siswa itu sendiri
- Faktor interaksi dinamisBerarti orang-orang yang dilahirkan dan tumbuh dalam bahasa asing atau bahasa kedua. Hubungan mereka akan berubah kalau mereka berkembang dalam bahasa. "Interaksi dinamis" berarti bahwa guru memberikan atau menyediakan pengalaman-pengalaman belajar yang bermanfaat yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan para siswa dalam berbagai tahap perkembangan mereka. .
- Faktor responsiYaitu belajar bahasa juga merupakan responsi oleh para siswa (lavorge,1980:vii-viii)
Dalam sebuah blog dinyatakan bahwa ada tiga komponen
yang menentukan proses pemerolehan bahasa kedua yaitu prospebsity
(kecenderungan), languange faculty (kemampuan berbahasa), dan acsess
(jalan masuk) ke bahasa. Dan dalm sebuah hipotesi pun terdapat
susunan yang agak stabil mengenai pemerolehan struktur dalam
pemerolehan bahasa,yaitu seseorang dapat melihat kesamaan-kesamaan
yang jelas antara sesama pemeroleh, seperti struktur-struktur mana
yang diperoleh mula-mula dan mana pula yang diperoleh kemudian
(Brown,1973;Dullay&Burt,1975;Akhadiah,dkk,1997:2.7).
Lalu, yang dapat ditemui tentang perbedaan pemerolehan
bahasa pertama dan kedua adalah:
- Pengusaan kemampuan bahasaDalam pemerolehan bahasa pertama, penguasaan kemampuan berbahasa berlaku secara bertahap. Contohnya; mulai dari mengeluarkan bunyi, kemudian mencantumkan unit bunyi atau silabi, menjadi kata, setelah itu menjadi kata dalam berupa ungkapan atau kalimat. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua adalah merupakan peoses yang mekanis yang membentuk sikap baru yaitu kemampuan berbahasa yang baru melalui memungut bahasa dan latihan-latihan yang diberikan untuk membentuk kebiasaan berbahasa melalui belajar bahasa.
- Penguasaan aspek bahasaDalam pemerolehan bahasa pertama setiap kemampuan berbahasa dapat dikuasai dengan cara yang perlahan. Cara ini memperlihatkan bahwa beberapa aspek bahasa dapat dikuasai secara sekaligus, contohnya bahasa mememiliki tataran dan aturan, semuanya itu dapat dikuasai secara serentak oleh anak-anak umpamanya bunyi, kata, makna, dan penggunaanya dalam kalimat sekaligus. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua, penguasaan kemampuan bahasa kedua melalui tahapan-tahapan yang tidak bida sekaligus yakni dimulai dengan kemampuan menyimak atau mendengar, kemudian berbicara, membaca, dan menulis.
- Penggunaan bahasaDalam pemerolehan bahasa pertama, seorang anak memperoleh bahasa tanpa mengkaji tata bahasa untuk menggunakan dan menguasai bahasa tersebut. Sementara dalam pemerolehan bahasa kedua, seseorang anak akan ada pada tahapan belajara bahasa untuk menyempurnakan pemerolehan bahasa kedua memlalui latihan-latihan dan belajar mengenai kaidah-kaidah atau tata bahasa tersebut.
- Pelaku dalam pemerolehan bahasaDalam pemerolehan bahasa pertama atau yang dikenal dengan bahasa ibu, bahasa diperoleh melalui interaksi ibu dan anak serta anggota keluarga atau kelompok. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua terjadi diperoleh dalam lingkungan sosial yang lebih besar atau kelompok baru diluar keluarga atau kelompok lainnya, memalau memunggut dan belajar bahasa.
- Cara pemerolehanDalam pemerolehan bahasa pertama melalui proses yang tidak forma, sedangkan pemerolehan bahasa kedua melalui cara alamiah dan cara formal.
- Fungsi pemerolehan bahasaDalam pemerolehan bahasa pertama berfungsi sebagai pemerolehan bahasa untuk tujuan berkomunikasi seeorang atau anak dengan ibu, keluarga atau kelompok kecil terdekatnya, dan juga sebagai kemampuan anak untuk menciptakan identitas budaya yang kuat. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua biasanya berfungsi sebagai alat komunikasi umum, untuk menyesuaikan diri terhadap lingkuangan dan tujuan tertentu, seperti ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Demikianlah pembahasan mengenai proses pemerolehan
bahasa kedua, yang dimulai dari pengertian, cara, dan juga
istilah-istilah yang terkait didalamnya serta perbedaan dalam
pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.
VI.
Simpulan
Pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau tahapan
untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai bahasa
pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat
menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya. Ada berbagai cara
dan pandangan dalam proses pemerolehan bahasa kedua yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
- Bagi sebagian besar anak Indonesia , bahasa Indonesia bukanlah bahasa pertama mereka melainkan bahasa kedua atau ketiga.
- Penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.
- Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tidak formal dengan orang tua dan atau teman sebaya tanpa bimbingan
- Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan dan dilakukan dengan sadar.
- Bahasa pertama dan bahasa kedua didapat bersama-sama atau dalam waktu yang berbeda.
- Bahasa kedua dapat diperoleh dilingkungan bahasa pertama dan lingkungan bahasa kedua.
DAFTAR
PUSTAKA
Akhadiah,S.,dkk.1997.Teori Belajar
Bahasa.Jakarta:Universitas Terbuka
Chaer, Abduld & Agustina, Leonie.2004.
Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta.
Darjowidjojo, Soejono.2008.Psikolinguistik:Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia .
Deswita.2007.Psikologi Perkembangan.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ghazali, A.Syukur.2010.Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa.Bandung: Refika Aditama.
Tarigan.2009.Pengajaran Kedwibahasaan.Bandung:
Angkasa .
http://pakdesofa.wordpress.com/ diakses tanggal
10 Oktober 2011.
http://abdiplizz.wordpress.com/2011/03/04/pemerolehan
bahasa kedua/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
http://panglimaw1.blogspot .com/2011/03/proses
pemerolehan bahasa dan htm/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
http://putriaida.worpress.com/2010/05/14/pemerolehan-bahasa
kedua/ di akses tanggal 10 Oktober 2011.
artikel ilmiah yang apik. teruslah berbagi dan memberi, nantikan keajaiban lewat gagasan-gagasan melalui karya tulis ...
BalasHapusizin coppy..thhank
BalasHapus